Jumat, 28 Januari 2011

Dialog Pasir dan Air

Terik temanku yang bernama matahari semakin membakar anak dunia dalam kelana. "Hai temanku…! yang lembut dan halus oleh indahnya pantai". "Pernahkah kau berpikir kenapa tubuhmu hanya sekecil itu?" bahkan tak mampu apapun selain karena angin, kadang kau putih cantik teronggok tak berguna, hanya seorang anak pantailah yang setia menyapamu.Tidakkah kau ingin berjalan bersama angin ke tempat yang lebih jauh? Pasir dengan tenang menjawab "Hem………………mm…………………tak biasanya kau bertanya sepanjang ini duhai bening sejuk". "Aku berada disini untuk menjalani jalanku yang memang begini, Aku hanya mampu bertasbih atasNya,tak ingin aku pergi dari garis yang sudah terpatri untukku, layaknya dirimulah aku". "Kau mengalir jika memang ada jalan, kau lewati liuk-liuk indah alam karena disitu kau bergerak,kau terobos celah-celahku, kau lalui rongga-rongga berwarna coklat yang itu juga teman kita". "Pernahkah kau berpikir kenapa kau hanya seperti itu?" Karena kita disini mengabdi padaNya,  "Air sahabatku, kita haruslah bersyukur dapat menjalani semua dengan senyuman tanpa beban, tidakkah kau lihat satu mkhluk yang dapat perpikir menjadi tak berpikir karena ulah mereka sendiri dan hilang dari kodratnya". "Berada di alam ini ada pilihan dan ini adalah pilihanNya yang siapapun tidak dapat menolak. "Lihat itu sekelompok anak manusia yang dia dapat membuat pilihannaya sendiri!" "Hari ini dia memilih disini dengan tertawa, bernyanyi dan menegak syurga dunia, dibanding di Surau menikmati alunan cintaNya". "Rasakan damai kita saudaraku air, Kita bisa tertawa dengan nyata karena tidak ada yang terbohongi oleh kita dan tak ada yang terluka karena kita" Pasir dengan tercenung melanjutkan, "Suatu kali aku pernah berkunjung ke sebuah tempat karena anak manusia, perjalanan yang sangat panjang kutempuh disana aku berada di hamparan luas hijau milikNya tahu apa yang terjadi hijau daun lenyap seiring dengan gersang kehidupan pelakunya,   hari berganti, akupun ikut larut dalam angan mereka bersatu dengan batu dan kapur hingga tercipta sebuah bangunan megah dengan perlengkapan lengkap". "Esoknya apa yang terjadi?", "semua beriring dan bergerak serasa ke arahku, mereka bernyanyi, bercanda, berlaku layaknya tak berakal, mereka tak punya kehidupan, sampai akhirnya aku terbang bersama angin dan sampai di sini bersamamu kembali. "Ketika disana aku juga bertemu dengan saudara-saudaramu sebagian terlarut dalam indahnya musik dunia". "Sahabat baikku, air kini aku disini bersyukur di sini tempatku yang terbaik membuat panorama laut semakin semarak dan akupun tetap dapat bersujud padaNya tanpa merasa terganggu dengan dunia". "Kisahmu sangatlah indah pasir",  Kau mengingatkanku akan hakikat hidupku, aku jadi tahu bahwa yang membuat kita ada  pasti tahu yang terbaik bagi kita, mungkin teman-teman kita disana juga lebih siap dalam berhidup disana. "Dan kita nikmati waktu yang tersisa disini menjalani jalanNya tanpa noda, karena sebenarnaya itulah yang kita inginkan  bukan?", menjadi sesuatu seperti yang dikehendakiNya. (pasir dan air kemudian melenggang sambil tersenyum)Temaram ini semakin pekat, dalam senjanya menyongsong mentari esok. (perenungan 2005)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More